Membedakan dalam rangka adil..

Saat kita berbicara “adil” maka sebagian besar orang akan berfikir sama rata. Padahal, belum tentu bisa digeneralisir seperti itu. Adil untuk yang sejauh ini dapat saya pahami adalah bagaimana menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu sesuai porsinya. Tidak harus sama rata, belum tentu semua diberikan senada. 

Sejatinya manusia lahir dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Hanya karena memiliki sebutan sama manusia bukan berarti bisa diseragamkan segalanya. Ada konteks tertentu yang harus dipenuhi berbeda. Jangankan dalam sebuah institusi pendidikan dimana pengisinya berasal dari berbagai latar belakang, bahkan saudara kandung seatap pun punya kebutuhan berbeda yang harus terpenuhi. Perbedaan yang seringkali terabaikan karena sebagai orang dewasa terlena memenuhi kebutuhan yang dirasa lebih penting.

Saat menjadi orang tua akhirnya terasa. Bagaimana bisa memperlakukan berbeda tetapi tidak menyakiti. Karena jelas kebutuhan anak satu dan lainnya berbeda. Saat kakak cepat merespon instruksi yang diberikan sedangkan adik perlu waktu yang lebih lama tanpa sadar orang tua membandingkan. *tanpa sadar loh ya.  Lalu baik ga sih? Sudah kita teliti belum apa penyebabnya? Atau mereka justru butuh instruksi berbeda untuk hasil yang sama? Nah, di sini berarti posisi kita yang belum tepat dalam memberikan instruksi. Sebenarnya konteks ini lebih banyak digunakan di ruang kelas dalam pembelajaran formal. Tetapi alangkah lebih baiknya dimulai dari orang tua sebagai guru dan sekolah pertama bagi anak anaknya.

Mengapa membedakan / differensiasi itu penting?

1. Setiap anak berbeda dengan segala kelebihan yang dimiliki. Jadi setiap orang tua harus bisa mengeksplorasi kelebihan anaknya, mendukungnya untuk berkembang dan tidak membanding bandingkan dengan anak lainnya. 

2.  Orang tua wajib untuk menanamkan kepada anak bahwa musuh terbesar yang harus dikalahkan adalah dirinya bukan orang lain. Dengan membedakan dan memperlakukan sesuai porsinya maka anak dapat menyadari dirinya dihargai bukan dijadikan bahan pembanding.

3. Penting untuk orang tua menerima dan mengetahui kebutuhan anaknya. Menyelaraskan dengan harapan yangbdia inginkan untuk menghindari pemaksaan dan keterpaksaan. Dengan differensiasi kita membuka sudut pandang sebagai orang tua tentang hal-hal apa saja yang ada dan berkembang dalam anak kita. Hal pokok apa yang harus dan eajib ditanamkan dan bagian mana yang bisa dijadikan sebagai pilihan dan melibatkan mereka dalam proses itu. Sehingga mereka merasa dihargai sebagai manusia.

Jadi konsep utama dalam membedakan itu bukan semua harus beda tapi.. Kita yang harus pandai pandai memilah yang mana yang dalam koridor yang sama dan kebutuhan mana yang memang harus dibedakan. Contoh bagi umat muslim sholat itu wajib, mengajarkan anak sholat itu wajib berlaku bagi semua anak. Nah, membedakannya bukan mengajarkan dan tidak tetapi anak pertama lebih suka diajarkan langsung, anak kedua melalu video dan sebagainya. Tetapi ada kalanya diajarkan bersamaan dengan praktek bersama. Semua bergantung dan kembali kepada orang tua yang mendidik. Kalau anak kedua lebih lambat bisa jadi dia belum matang usianya untuk cepat menangkap, bisa jadi belum sesuai metodenya jadi belum tentu tidak lebih pandai. 

Langkah yang harus dilakukan :

1. Observasi sederhana. (Sebagai assessment awal).

2. Tentukan capaian target / tujuan. !penting! 

3. Tentukan metode yang ingin digunakan.

4. Assessment bertahap

5. Evaluasi

6. Jangan menyalahkan dan mencoba belajar menerima.

Karena setiap manusia dilahirkan dengan kelebihannya masing2.. Bahkan yang berkekurangan secara fisik punya kelebihan yang tidak disadari banyak orang, karena kita terlanjur menyamakan. Sekali lagi adil itu bukan sama rata.. Yuk lihat potensi yang dimiliki anak kita.. Yuk belajar lebih dalam lagi..
I.A. putri. Oktober. 2017